Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2012

Reformasi Indonesia Jatuh Dalam Rezim Oligarkis

Reformasi tahun 1998 boleh dikatakan sebagai reformasi demokratik, di mana rakyat dengan penuh antusias meruntuhkan rejim otoriter Soeharto dan memasuki era demokrasi. Namun, dalam perjalanannya, demokrasi ini justru jatuh menjadi rejim oligarkis. Hal ini dikatakan oleh Yustinus Patris Paat, alumnus Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara dalam sebuah diskusi terbuka di kampus STF, Senin (26/12/2012). Diskusi bertajuk “Hatred of Democracy” ini yang terlaksana atas kerjasama Senat Mahasiswa dengan kelompok diskusi AGORA Driyarkara berusaha menggali pemikiran salah satu filsuf Perancis, Jacques Ranciere. “Menurut Ranciere dalam rejim yang oligarkis, banyak orang mengkritik demokrasi aktual. Para pengkritik ini menuduh demokrasi sebagai biang keladi terjadinya anarki individu dan totalitarianisme. Demokrasi yang menekankan kesetaraan dituduh sebagai perpanjangan  tangan kaum kapitalis dan menciptakan warga negara yang konsumeristik dan individualistik. Inilah al

Banalitas Korupsi dan Kontrol Publik

S udah menjadi rahasia umum bahwa korupsi merupakan pangkal masalah yang menyebabkan perwujudan keadilan –  sampai saat ini – hanya berupa janji yang tidak kunjung terealisasi. Korupsi secara umum telah menghambat proses pembangunan negara ke arah yang lebih baik, yaitu peningkatan kesejahteraan serta pengentasan kemiskinan. Akibat korupsi, rakyat saat ini menjadi korban ketidakadilan dan semakin sulit hidupnya dari hari ke hari. Juga sudah menjadi rahasia umum bahwa di Indonesia korupsi terus terjadi. Hukum di Indonesia melempem dan cenderung tunduk pada pihak yang kuat secara politik dan ekonomi. Dalam hal ini, patronase bisnis dan politik di alam demokrasi bangsa ini nampak tak terbendung. Korupsi – yang juga sejak dahulu telah menjadi wacana umum dan tidak rahasia sifatnya – pada level yang paling parah telah menjadi penyakit sistemik yang mengkultur. Perilaku korup menjadi banal, sehingga sudah dianggap biasa dan orang seakan tak lagi punya harapan unt